Philip Mark Marthens, pilot asal Selandia Baru ditawan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)-Kodap III, Wilayah Nduga–Darakma dibawah pimpinan Brigjen Egianus Kogoya, (07/02/2023).
Penyanderaan ini menyebar kilat seperti petir hantam seluruh jagad media mainstream baik di Indonesia maupun internasional. Tak terhitung jumlah media yang menghentakan suara dengan keras di tengah kebisuan pada setiap telinga yang tertutup rapat dari sekian banyak aksi TPNPB sejak 1965.
Hingga saat ini pembahasan mengenai penyanderaan pilot dan perjuangan TPNPB masih jadi isu yang hangat diperbincangkan dimana-mana dengan berbagai macam perspektif.
Nama Brigjend Egianus Kogoya dan TPNPB serta perjuangannya dalam merebut kemerdekaan demi membebaskan rakyat Papua dari cengkraman kolonialisme Indonesia dan Imperialisme dengan metode taktik–gerilya berkibar di hampir seluruh belahan dunia.
Tentu saja TPNPB punya target. Terlepas dari target maksimum merdeka, target minimum kampanye internasional tentang eksistensi perjuangan pembebasan nasional dengan metode gerilya.
Dalam hal ini TPNPB telah berhasil menunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa "kami masih ada, perjuangan Papua Merdeka masih hidup dan akan terus bergelora hingga terwujudnya kemerdekaan sejati".
Nyaris tiga bulan lebih satu minggu tidak ada satu kutubusuk pun yang mampu membebaskan pilot. Pertanyaannya, apakah Operasi Militer akan mampu membebaskan pilot atau oprasi ini hanya di targetkan untuk membunuh pilot dan menuduh TPNPB sebagai pelaku?
Menanggapi penyanderaan ini, sebelumnya Surat Gembala telah dikeluarkan guna meminta Brigjen. Egianus Membebaskan Pilot. Benny Wenda yang mengklaim dirinya Presiden: "mendesak TPNPB membebaskan pilot". Di panggung lain, Jeffrey Bomanak, Ketua OPM seperti anak kecil berusaha belajar menari-nari cari perhatian diatas panggung channel YouTube PARADOX PAPUA menunjukkan kebodohan serta kekacauan dan mengklaim paling bertanggung jawab atas penyanderaan.
Sebuah usaha konyol tanpa makna. Orang-orang 'megalomania' ini hanya melemparkan diri mereka di atas panggung hiburan banyak orang, sok menjadi pahlawan kesiangan bagi tawanan yang pada dasarnya menghilangkan esensi dari tuntutan pokok TPNPB.
Sikap acuh tak acuh terhadap seruan pembebasan yang ditunjukkan TPNPB Kodap III, menjadi tamparan keras kepada Para Gembala, Benny Wenda dan juga Bomanak yang begitu memalukan itu. Sikap ini juga sekaligus menegaskan bahwa TPNPB punya strategi dan taktik (stratak) tersendiri yang tidak dapat diintervensi oleh siapapun.
Selanjutnya, penjajah punya cara tersendiri. Terlihat bahwa tidak ada itikad baik dalam operasi penyelamatan Pilot Susi Air. Hal ini telah ditunjukkan negara dalam menjawab tuntutan TPNPB: Menolak negosiasi dan memilih jalan operasi pembebasan.
Bisa kita lihat dengan pengiriman militer dalam jumlah banyak. Negara elepaskan 1 Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 200 Bakti Negara dari Kodam II Sriwijaya dan Yonif 133/Yudha Sakti dari Kodam I Bukit Barisan di Pelabuhan Boom Baru Palembang, Sumatera Selatan ke Papua (belum termasuk yang terbaru).
Tugas dari batalyon ini menjaga ketat di semua wilayah perbatasan, Jalan perbatasan Papua yang, terdiri 4 dari 13 Pos lintas batas, mulai dari skow, Waris, Yeti, Ubrub, Oksibil, Tanah Merah, Muting, Hingga di Merauke yang jaraknya mencapai 820 KM. Tujuannya agar TPNPB tidak membawa pilot menyeberang Papua New Guinea (PNG).
Selain itu Operasi pembebasan ini berdampak pada penyisiran secara gila-gilaan dilakukan hampir di setiap kampung dan distrik di seluruh wilayah pegunungan: Penangkapan serta penembakan terhadap masyarakat sipil dengan dalil simpatisan TPNPB.
Sayangnya, operasi Pembebasan pilot tidak berjalan baik. Serangan balik "mematikan" pada 15 April 2023, tanpa ampun TPNPB sergap 36 Prajurit di Pos TNI di Mugi-mam kab. Nduga. Serangan ini menyebapkan 9 prajurit TNI gugur, 5 diantaranya telah di evakuasi, 4 hilang tanpa jejak, lainya lari kocar kacir. Dari serangan ini TPNPB berhasil merampas 9 pucuk senjata.
Serangan mematikan Brigjen Egianus seakan menjadi pukulan telak bagi TNI, membuat Panglima TNI Yudo Margono tidak bisa tidur nyenyak, bolak balik jakarta–Papua macam ikan pusing, sampean merubah status operasi penegakan hukum menjadi Operasi siap Tempur di luar mekanisme.
Begitu juga dengan polda Papua, Matius Fakhiri, yang selalu sibuk tangkap pejabat dan membangun narasi busuk terhadap TPNPB.
Pada 24 April, di bulan lalu, melalui Video singkat Pilot Asal selandia baru bilang begini: "Hampir tiga bulan setelah OPM tangkap saya di paro, saya masih hidup, masih sehat, saya makan yang baik dan minim yang baik", katanya.
"Saya tinggal bersama orang disini, duduk bersama, jalan bersama, istirahat bersama tidak ada masalah dengan saya. Indonesia lepas bom di daerah sini, jadi tidak usah! Kalau lepas BOM itu bahaya untuk saya dan orang-orang disini" lanjutnya.
Pesan singkat ini menunjukan kekuatiran yang amat dalam dari Pilot akibat serangan membabi buta TNI terhadap dirinya bersama TPNPB dengan menggunakan BOM.
Serangan membabi buta menggunakan BOM memperjelas negara tidak mau ambil pusing terhadap nyawa seorang Pilot. Artinya, sudah cukup banyak kerugian besar yang dialami negara akibat nyawa seorang pilot, sehingga menemukan Pilot dalam keadaan mati atau hidup tidaklah berarti, yang terpenting adalah operasi pembebasan harus berakhir.
Dengan reaksi rezim psikopat ini dapat disimpulkan bahwa operasi militer yang dilakukan oleh TNI punya satu maksud yang tersembunyi yaitu, "BUNUH PILOT".
Karena dengan membunuh Pilot Asal selandia Baru dan menuduh TPNPB sebagai pelaku adalah cara yang baik untuk menghancurkan perjuangan TPNPB di mata dunia, mengembalikan nama baik TNI sekaligus membayar mahal nyawa 9 prajurit TNI yang mati bodok-bodok dalam operasi pembebasan sandera.
Akhinya, TPNPB memanggul beban yang berat. Selain menjaga nyawa pilot dari serangan musuh TNI, mereka juga harus menjaga diri mereka sendiri, berjuang, menyerang dan bertahan secara terus menerus.
Hormat saya setinggi–tingnya buat Brigjend Egianus dan seluruh pasukan gerilya di di medan juang. Jaga pilot dengan baik. Jagan sampai terbunuh oleh musuh. Tetap terjaga dan Jagan mudah percaya dengan sampah masyarakat yang ada diluar sini. HORMAT!
Holandia, 15 Mei 2023
Jefry Wenda
Komentar
Posting Komentar