Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, tokoh-tokoh 1945, Pak Harto dan ayah saya sendiri Pak Sumitro pada waktu itu dengan semangat ingin membangun bangsa mengirim beribu-ribu pemuda-pemudi kita untuk belajar kemana-mana ke seluruh dunia.
Sayangnya sebagian mereka yang pulang akhirnya saking sangat terkesima oleh budaya yang mereka lihat di luar. Bukannya mereka belajar ilmu, belajar budaya, juga menyaring dan memperkuat budaya sendiri dari ilmu pengetahuan yang didapatkan dari bangsa lain, tetapi justru ingin menjiplak dan menerapkan nilai-nilai budaya bangsa lain kepada bangsa Indonesia.
Inilah kesulitan yang sedang kita alami sekarang. Kita banyak tidak percaya pada nilai-nilai kita sendiri, tidak percaya pada tradisi kita sendiri, tidak percaya kepada sejarah kita sendiri, tidak kagum kepada pahlawan-pahlawan kita sendiri.
Akhirnya dengan mudah kita digoyang, dengan mudah kita dipengaruhi, dengan mudah kita dipisahkan oleh sejarah kita sendiri. Dan kita mengetahui apa yang terjadi kepada bangsa-bangsa yang rakyatnya dipisah dari sejarahnya sendiri, yang rakyatnya yang tidak kagum pada sejarahnya sendiri, yang rakyatnya tidak hormat kepada orang tuanya sendiri, nenek moyangnya sendiri.
Inilah menurut saya salah satu akar masalah bangsa Indonesia sekarang. Sebagian dari kita telah kehilangan kepercayaan diri. Kita telah kembali menjadi bangsa yang minderwaardigheids complex. Bangsa yang mengidap inferiority complex.
Sebagian dari kita selalu kagum dengan apa yang dari luar Indonesia, bahkan sebagian dari kita menelan mentah-mentah semua ajaran dari asing, dengan salah perkiraan, dengan keluguan kita mengira bahwa mereka benar-benar memikirkan nasib kita. Padahal hukum alam dunia adalah survival of the fittest, yang artinya the survival of the strong (yang kuat yang bertahan)
Orang lemah itu selalu akan digilas dan ditindas oleh pihak yang kuat. Ini adalah ajaran yang kadang-kadang tidak diajarkan di kalangan kita sendiri. Kalau bangsa kita mau survive, Indonesia harus strong (kuat). Agar sebuah bangsa dapat merdeka, besar, dan menang, bangsa itu harus melalui proses nation building, yang dicapai dari sebuah character building.
Seperti apa yang sering saya kutip dari seorang filusuf Yunani, Thucydides, “the strong will do what they can. The weak will suffer what they must” (Yang kuat akan berbuat apa yang dia mampu berbuat, dan yang lemah akan menderita”
Komentar::::..
Jika saya di beri kesempatan oleh negara menjadi pemuda yang di pilih untuk belajar ke luar negeri, saya akan memilih mengambil ilmu pengetahuan dan teknologi maju dari suatu negara tersebut dan bukan budaya maupun kepercayaan dari negara asing tersebut.
Mulai zaman Majapahit dulu negara kita adalah negara besar, negara yang kuat, negara yang di segani dari segala penjuru dunia dan itu sudah terbukti dari sejarah, dan kita juga bisa lihat besar wilayah negara kita ini hampir sama dengan bentuk wilayah Rusia.
Jadi negara kita ini bangsa besar, janganlah terbawa budaya maupun kepercayaan dari negara asing yang nantinya akan mempengaruhi ekonomi, budaya, politik, maupun mindset seseorang tersebut sehingga membuat negara ini jatuh.
_________________
Pujangga dari Indonesia sangatlah hebat. Sastra yg dihasilkan, sampai sekarang masih bisa kita nikmati,
Salahnya dikita, menganggap peradaban negara lain paling maju, padahal kita adalah negara, yg latar belakangnya orang² hebat, logis dan militan.
Sedangkan kita tau, bangsa barat hanya memakai hegemoni, standar ganda. Yg semua hanya melihat dari perspektif mereka.
__________________
Komentar
Posting Komentar