Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Prabowo Subianto

Sahabat, Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, tokoh-tokoh 1945, Pak Harto dan ayah saya sendiri Pak Sumitro pada waktu itu dengan semangat ingin membangun bangsa mengirim beribu-ribu pemuda-pemudi kita untuk belajar kemana-mana ke seluruh dunia. Sayangnya sebagian mereka yang pulang akhirnya saking sangat terkesima oleh budaya yang mereka lihat di luar. Bukannya mereka belajar ilmu, belajar budaya, juga menyaring dan memperkuat budaya sendiri dari ilmu pengetahuan yang didapatkan dari bangsa lain, tetapi justru ingin menjiplak dan menerapkan nilai-nilai budaya bangsa lain kepada bangsa Indonesia. Inilah kesulitan yang sedang kita alami sekarang. Kita banyak tidak percaya pada nilai-nilai kita sendiri, tidak percaya pada tradisi kita sendiri, tidak percaya kepada sejarah kita sendiri, tidak kagum kepada pahlawan-pahlawan kita sendiri. Akhirnya dengan mudah kita digoyang, dengan mudah kita dipengaruhi, dengan mudah kita dipisahkan oleh sejarah kita sendiri. Dan kita mengetah

SEJARAH PETRUS KAFIAR

Petrus Kafiar Petrus Kafiar (nama lahir Noseni, sekitar 1864 atau 1873 – 2 Agustus 1926) merupakan guru penginjil beragama Kristen Protestan yang bekerja di daerah Teluk Cenderawasih, Papua pada pergantian abad ke-20. Mula-mulanya hidup dengan kepercayaan animisme, dia dibawa ke Pulau Mansinam (di Kabupaten Manokwari sekarang) untuk mengenyam pendidikan dalam sekolah Kristen dan dibaptis pada tahun 1887. Setelah melanjutkan pendidikannya di Seminari Depok pada 1892–1896, dia kembali ke Pulau Mansinam untuk membantu pekabaran Injil dari Zending di Papua Belanda kepada Suku Arfak yang tinggal di pesisir utara Pulau Papua. Dia dianggap sebagai orang asli Papua pertama yang mendapatkan gelar sarjana sekaligus menjadi guru pertama. Tidak diketahui secara pasti kapan Petrus Kafiar lahir, namun diperkirakan dia lahir sekitar tahun 1864 hingga 1873 dengan nama kecil Noseni. Dia merupakan anak ketiga dari seorang kepala suku (Bahasa Biak: mananwir) di Kampung Maudori, Pu

PAULA MANSA-HOOR

PAULA MANSA-HOOR ================== Pencipta tarian Balada Cendrawasih - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Wanita hebat ini adalah Mama Paula Hoor. Mama Paula Hoor adalah istri dari almarhum bapa Clion Mansa, sehingga, beliau lebih dikenal dengan panggilan Ibu Mansa-Hoor. Beliau berdua adalah orang-tua dari pak Theo Mansa (direktur RSUD Sorong saat ini). Keluarga Mansa-Hoor adalah sahabat dari keluarga pak guru Yustinus Mayor, salah-satu tokoh pendidikan Papua asal Biak yang lama mengabdi di Sorong sebagai kepala Sekolah Teknik Sorong, yang sebelumnya telah saya terbitkan kisahnya. Kedua keluarga ini pertama kali bertemu di Sorong pada tahun 1968 ketika bapa Yustinus Mayor pindah dari Biak untuk menjalani tugas sebagai kepala Sekolah Teknik (ST) Sorong. Mama Paula Mansa-Hoor lahir di Serui pada 10 Mei 1949. Suami beliau, bapa Clion Mansa, bergelar B.A, adalah mantan kepala sekolah SPG Sorong. Bersama dengan bapa Yustinus Mayor, kedua kepala sekolah

MISIONARIS OFM DI ENAROTALI 1950an

MISIONARIS OFM DI ENAROTALI 1950an ================================= Enarotali dijadikan Pusat OFM, Setelah dilakukan Seraterima wilayah Wisselmeren dari Ordo MSC kepada Ordo OFM pada tahun 1949.   Seraterima Tersebut dilakukan oleh Pastor Herman Tillemans MSC Kepada Misael Kammer OFM sekaligus Beliau ditunjukan sebagai Ketua Ordo OFM sehingga Enarotali ditetapkan sebagai pusat OFM. Pada kesempatan yang sama juga Tillemans membagikan Tugas kepada beberapa Misionaris, antara lain: Missael Kammer OFM stase Kugapa dan Timida, Elco Boeroisma OFM di Wagete, Albert Seisink di Enarotali dan Bruder Cris Jan Severins OFM di Epouto untuk persiapkan Stase baru di Epouto. Keterangan Foto: Foto diambil di depan gereja Katolik Enarotali, pada saat Retret yang diadakan di Enarotali, sekitar tahun 50an. Masing-masing antara lain: Frans Roozen Ofm , Hans Wayers, sr. Carla Holla, Bertus van de Berg, Cleophas Ruigrok Ofm, Efrem Timmers, Koos Houdijk, Sjef de Wit, Chel Coenen, Jan Severins Ofm

Sejarah ekspedisi di Papua Barat

Sejarah ekspedisi di Papua Barat.  Ketika berbicara tentang "Papua", bagian barat pulau ini dimaksudkan dalam semua periode politik (Belanda Nugini, Irian Barat, Irian Jaya dan Papua Indonesia). Ekspedisi sudah banyak dilakukan di pedalaman Papua, namun tidak semuanya survei biologi. Kami membatasi diri di sini dalam daftar hanya ekspedisi biologis, di mana mungkin atau pasti Lepidoptera dan serangga lainnya dikumpulkan di Papua dan peristiwa besar untuk Papua. Sejarah arkeologi Penduduk pertama New Guinea, berkulit hitam dan berambut keriting, pertama kali tiba dari barat mungkin 60.000 tahun yang lalu. Sementara permukaan laut jauh lebih rendah pada saat migrasi pertama manusia ke Australia dan New Guinea, masih ada bentangan laut yang harus dilintasi. Naiknya air laut akhirnya memisahkan Australia dari New Guinea dan menyebabkan kumpulan gen divergen yang

Anak-Anak sekolah di timepa zaman misionaris

Anak-anak sekolah di kampung Timeepa pada akhir tahun 60an, Sekarang Distrik Mapia Tengah Kab.Dogiyai. Mereka berpakaian Koteka Moge (pakaian Adat suku Mee) dan sedang Baris Rapi. Dok Stichting Papua Erfgoed diposting oleh : Admin Meeuwo Tempo Dulu

pentabisan 3 pastor mee

25 tahun lalu, tepatnya 20 april 1997 Bp Uskup Jayapura Mgr.Herman Moninghof menabiskan tiga Pastor di Gereja Katolik Argapura, antara lain:  1. P Marten Kuayo, Pr,  2. P Barnabas Daryanan, Pr dan  3. (alm) P Mick Tekege, Pr  Hari ini 20 april 2022 genap 25 tahun. Selamat merayakan pesta perak 25 tahun dan Selamat berbahagia atas rahmat hidup dan karya para Gembala. Dok Pentabisan Imamat 1997  diposting oleh : Admin Meeuwo Tempo Dulu

Kisah dari Almarhum Bapa Lerandus

Kisah dari Almarhum Bapa Lerandus, Leonardus Tekege sangat menyedihkan. Dia punya caset tape ada 3 buah caset antara lain Mambesak, kurana Mambesak dan Yaromba. Saat Beliau mau meninggal ketiga caset itu dia bakar sampai menjadi debuh, kemudian debuh caset itu dia makan sebagai bekal perjalanan detik-detik terakhir untuk Meninggal. Memang orang ini sungguh luar biasa dan sangat mencintai lagu tradisional Papua. Cintanya Beliau terhadap Lagu tradisional tidak sama seperti cinta anak muda sekarang terhadap lagu mambesak, kurana mambesak dan yaromba. Sumber Akun Fb: @Momaipai Papua Makimee Diposting oleh : Admin Meeuwo Tempo Doeloe

Bapa didalam foto itu bernama AGUS GOO Dijamannya tahun 80an

Bapa didalam foto itu bernama AGUS GOO. Dijamannya tahun 80an, dia orang besar, disegani dan dihormati berbagai kalangan termasuk pastor belanda. Pegawai besar di jaman Belanda berbusana KOTEKA. Hidup dan kerja bersama pastor bule, bukan penampilannya yang dibutuhkan, tapi disiplin dan mampu bekerja sesuai harapan dan tujuan yang ditetapkan bersama.  Sekali waktu, dia terbang bersama pilot Tom Benoit pakai pesawat misi Cessna dari moanemani, enaro, timika, Nabire dan kembali kemoanrmani dalam tempo sehari mengantar pesanan kopi giling produksi yayasan P5 moanemani.  Perjalanan itu berlangsung dengan busana apa adanya yaitu KOTEKA, sehingga petugas AMA di enaro, timika, dan Nabire terheran-heran melihatnya. Koo biisa yaaa, naik pesawat pakai KOTEKA.,..ya bisa menurut bapa ini, manusia pemberani dan mampu memberi alasan atas sikapnya. Pernah, pastor Coenen, ofm memberi pakaian sepasang untuk dikenakannya, namun bapa Agus Goo ini memberi argumen kepada pastor, pastor jangan ka

Zending di Papua dalamBUKU "KARTU POS ZENDING"

Zending di Papua dalam BUKU "KARTU POS ZENDING" ========================= Foto dibawah ini adalah foto gereja dan rumah zending di Roon, Gereja Harapan di Mansinam yang dibangun oleh Ottow dan Geisler pada tahun 1865, salah satu gereja di Hollandia (Jayapura), salah satu sudut pedesaan di wilayah Kwawi, sekelompok masyarakat Meoswar, dan empat orang warga suku Kapau di perbatasan dengan Papua New Guinea. Semua foto ini diambil pada masa Belanda. Roon adalah salah-satu wilayah di Teluk Wondama tempat didirikannya salah satu dari lima pos zending di Papua, sedangkan Mansinam dan Kwawi merupakan wilayah pertama di Papua yang dimasuki para penginjil UZV. Adapun Hollandia merupakan salah-satu wilayah terakhir di Papua yang diinjili, dan suku Kapau dikenal dalam sejarah sebagai suku kanibal yang ganas dimasa lalu Potret awal gereja-gereja dan bangunan-bangunan di Papua memiliki gaya yang masih sangat sederhana, yaitu gedung gereja yang menggunakan dinding dahan kayu ata