Senin, 28-02-2022
TSM-Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pertahanan nuklirnya untuk bersiaga tinggi, Minggu (27/2/2022) waktu setempat. Ini terjadi akibat meningkatnya reaksi global terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
Putin bahkan menyebut langkah-langkah Barat "tidak bersahabat" terhadap negerinya. Ini semakin menimbulkan kekhawatiran global.
"Saya memerintahkan Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia untuk menempatkan pasukan pencegahan tentara Rusia ke dalam mode layanan tempur khusus," kata Putin dalam pidato yang disiarkan di televisi dikutip dari AFP.
"Anda lihat bahwa negara-negara Barat tidak hanya tidak bersahabat dengan negara kita di bidang ekonomi, dengan memberi saya sanksi tidak sah ... Pejabat senior negara-negara NATO terkemuka juga mengizinkan pernyataan agresif terhadap negara kami."
Dalam laporan terbaru pemerintah Ukraina, setidaknya 352 warga sipil tewas karena perang, di mana 14 adalah anak-anak. Sementara 1.648 warga luka-luka.
Perang kedua negara dimulai saat Putin mengumumkan operasi militer Kamis (24/2/2022). Pasukan Rusia "menyerbu" Ukraina dari utara, timur dan selarna namun mendapat perlawanan sengit tentara Ukraina yang persenjataannya ditopang NATO.
Sebagai informasi, rilis yang dimuat International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) Juni lalu, setidaknya ada sembilan negara yang memiliki nuklir. Selain Rusia, ada pula AS, Israel, Rusia, Inggris, Prancis, China, Pakistan, India, dan Korea Utara (Korut).
Secara keseluruhan, mulai dari awal pengembangan, sembilan negara tersebut memiliki senjata nuklir yang bernilai total US$ 72 miliar atau setara Rp 1.042 triliun. AS menyumbang lebih dari setengah dari jumlah total gabungan yaitu US$ 37,4 miliar, 5% anggaran militernya tahun 2020.
ICAN memperkirakan China telah menghabiskan sekitar US$10 miliar. Lalu Rusia US$ 8 miliar. Sementara itu,Inggris, Prancis, India, Israel, Pakistan dan Korut, menghabiskan lebih dari US$ 137 ribu setiap menit pada tahun 2020 untuk pengembangan senjata nuklir.
Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) juga melaporkan ada 13.080 lebih senjata nuklir yang dimiliki kesembilan negara itu di 2021 ini. Dari jumlah itu, 2.000 ada dalam posisi aktif. Mayoritas dipegang AS dan Rusia. (CNBC)
Admin
Komentar
Posting Komentar