Konflik Rusia-Ukraina membuat kita memahami bahwa klaim kedaulatan teritorial tidak begitu berarti di depan hukum internasional. Terbukti walau Ukraina adalah pecahan Uni Soviet 1991, kemudian Rusia bisa kembali hancurkan kedaulatan Ukraina.
Kalau Uni Soviet bisa pecah maka NKRI juga bisa. Tidak ada yang harga mati. Dan bila PNG hendak klaim dan duduki terorial West Papua berdasarkan kesamaan bangsa, teritorial, isu genosida, dan geopolitiknya, maka bukan tidak mungkin bila memahami geliat Rusia di Ukraina yang mendasarkan hubungan sejarah, budaya, dan kepentingan Rusia.
Rusia sangat mengantisipasi ekspansi kekuatan Barat kuasai Ukraina sebagai proksi kekuatannya dalam memperlemah Rusia. Ini adalah imperialisme barat. Sama halnya pendudukan kolonialisme Indonesia di West Papua, didukung modal asing untuk mengeruk SDA Papua, dan memperebutkan pengaruh geopolitiknya.
Bila bangsa dan negara-negara di Kawasan Pasifik, terutama Melanesia hendak diperkuat, maka MSG sudah harus selamatkan saudaranya West Papua dari ancaman ekspansi militer, kapital dan migran pendatang di Papua yang menyebabkan genosida, ethnosida dan ekosida. Itulah yang dilakukan Vladimir Putin untuk memutus imperialisme barat di Ukraina.
Selain Krimea, Donetsk dan Luhansk adalah dua wilayah yang menolak pengaruh Nato dan Eropa. Kedua wilayah ini ada dibawah intervensi Rusia untuk melawan Ukraina. Walau ini dianggap suatu pelanggaran kedaulatan, Rusia mengambil posisi dalam menyelamatkan ancaman genosida rezim Vlodimir Zilinsky disana.
Klaim teritorial, kedaulatan, dan bangsa memiliki pengertiannya sendiri dan diperjuangkan masing-masing walau itu harus melanggar prinsip-prinsip hukum internasional. Dalam konteks Papua, perjuangan kemerdekaan Papua dibenarkan secara hukum internasional karena pendudukan illegal Indonesia atas bangsa, kedaulatan, dan teritorial West Papua yang memiliki sejarah politik dan entitas kebangsaannya sendiri.
Jadi kalaupun ada intervensi internasional, atau pun negara lain (misalya PNG) atas West Papua, maka tidak ada dasarnya bagi Indonesia untuk menghalau karena sejak 1962 hingga hari ini Indonesia tidak memiliki kedaulatan sama sekali berdasarkan hukum internasional. Untuk mengukur apakah Indonesia memiliki hak kedaulatan atas Papua maka referendum harus dilakukan untuk membuktikan apakah orang Papua ingin berbangsa dan bernegara bersama dengan Indonesia.
Kita sungguh menolak kejahatan kemanusiaan dalam bentuk dan kepentingan apapun. Tetapi tanpa kekerasan bersenjata pun suatu bangsa terancam nasibnya di bawah kepentingan kedua blok yang berseberangan pengaruhnya sejak lama. Sehingga pertanyaannya, apakah thema pemisahan dan persatuan itu memiliki makna pembebasan atas umat manusia?
Dalam kasus Rusia-Ukraina, jawaban atas pertanyaan diatas mesti dimaknai dalam gerakan pembebasan nasional Papua untuk mengambil posisi ideologisnya. Tentang esensi hak penentuan nasib sendiri. Apakah menolak bersatu dengan NKRI adalah untuk pembebasan nasional atau justru untuk masuk dalam genggaman imperialis?
Maka, dalam posisi West Papua dalam NKRI, kita memandang jernih. Pertama, West Papua hendak menentukan nasibnya sendiri karena kolonialisme Indonesia yang didukung imperialisme AS, China, dan atau Rusia. Ketiganya memainkan peran dalam menjadikan Indonesia sebagai proxy bagi kepentingan geopolitik dan geostrategis di kawasan Pasifik. Sama halnya negara-negara Melanesia yang lain.
Kedua, kolonialisme itu dalam prakteknya sedang mengancam eksistensi ras Melanesia di West Papua. Fasisme Jakarta -model Nazi Jerman, atau Rezim Vlodimir terhadap Ukraina Timur saat ini- yang menganggap warga melayu punya hak kuasai West Papua, sehingga ancaman genosida di depan mata. Sehingga esensi hak penentuan nasib sendiri dalam konteks pembebasan nasional adalah mutlak diperjuangkan bangsa Papua.
Ketiga, hak penentuan nasib sendiri yang diperjuangkan bangsa Papua tidak boleh menjadi proyek kepentingan negara-negara imperialis entah blok timur maupun barat. Sehingga pilihannya bukan tetap dalam NKRI atau tunduk pada kepentingan para penjahat global itu, tetapi membangun aliansi bersama rakyat pejuang, yang tertindas di seluruh dunia untuk menghancurkan gurita-gurita imperialis yang menghambat pembebasan nasionalnya masing-masing.
Ones Suhuniap
Komentar
Posting Komentar