Langsung ke konten utama

KUMPULAN KEBIASAAN DAN SEJARAH SUKU ABORIGIN DI AUSTRALIA

Fakta Suku Aborigin, Penduduk Asli Australia yang Tersisih di Benua Sendiri

Benarkah suku Aborigin punya kedeketan genetik dengan orang Papua di Indonesia?, cari tahu jawabannya di sini.

Mengulik hal-hal unik dari berbagai belahan dunia kerap mendatangkan keseruan tersendiri. Banyak hal baru yang bisa kita pelajari seperti budaya, suku bangsa, bahasa hingga makanan khasnya. Nah, dalam artikel kali ini, theAsianparents akan mengulas lebih jauh tentang suku Aborigin yang mendiami benua Australia.

Parents dan si kecil mungkin saja tak banyak tahu tentang suku asli Negeri Kanguru ini. Namun, apakah suku Aborigin sama halnya suku pedalaman di Indonesia? Langsung saja, yuk, simak ulasan sampai akhir!

5 Fakta Suku Aborigin

1. Suku Asli Australia yang Suka Berburu

Suku aborigin merupakan suku yang pertama kali mendiami benua Australia, wilayah Tasmania dan Kepulauan Welat Torres. Nama Aborigin sendiri diambil dari bahasa Latin yakni “Aborigine” yang berarti “awal”.


Semenjak bangsa Eropa berhasil menduduki wilayah benua Australia, keberadaan suku ini mulai tergusur oleh adanya bangsa asing. Suku Aborigin memiliki kebiasaan mencari ikan dan berburu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hewan buruan mereka berupa hewan-hewan liar seperti kanguru, tasmanian devil, hingga wombat.

Suku Aborigin berburu menggunakan tombak dan bumerang. Daging hewan buruan dikonsumsi dan kulit hewan digunakan sebagai baju yang berfungsi menghangatkan badan saat musim dingin. Sementara pada saat menangkap ikan, mereka biasa menggunakan jaring dan tombak.

5 Fakta Suku Aborigin, Penduduk Asli Australia yang Tersisih di Benua Sendiri

Bumerang, senjata tradisional Aborigin

Suku dari benua Australia ini hidup secara nomaden atau berpindah-pindah. Tak heran jika ada yang menyebutnya sebagai suku pengelana. Mereka biasanya membangun rumah dari ranting-ranting pepohonan dan dedaunan kering.


Lantaran tak bermukim di suatu daerah dalam jangka waktu yang lama, mereka hanya membuat rumah sederhana. Hanya untuk untuk tempat berteduh dan melepas lelah. 


2. Sejarah Suku Aborigin yang Tersingkir dari Wilayahnya Sendiri

suku aborigin

Diperkirakan oleh para peneliti sekitar 40.000-70.000 tahun lalu, nenek moyang suku bangsa Aborigin sudah sampai ke Australia dari arah utara (Asia Tenggara dan Indonesia). Sebelum kedatangan bangsa kolonial ke benua Australia, mereka sudah menempati hampir seluruh wilayah Australia.

Saat itu, jumlah penduduk Aborigin mencapai 30.000 jiwa. Namun, ketika itu suku tersebut memiliki budaya yang berbeda-beda dan terbagi menjadi beberapa golongan seperti Aborigin Koorie yang menghuni wilayah Sidney, Aborigin Yolngu di pesisir utara Australia dan, Aborigin Larrakeyah yang ada di wilayah Darwin. 


Suku Aborigin hidup terisolasi di dalam Benua Australia hingga pada tahun 1700-an mereka mulai bersinggungan dengan bangsa Barat. Pada awal kemunculan bangsa Barat, suku ini merasa bingung dengan orang-orang berkulit pucat dan berpenampilan lebih maju dari cara mereka berpakaian. Setelah Barat menduduki Australia, suku Aborigin memilih menjauh dari pemukiman orang Inggris kala itu. 

3. Jumlah Suku Aborigin Saat Ini

suku aborigin

Perempuan Aborigin

Keterasingan suku ini di benua Australia semakin terlihat setelah ditemukannya emas di benua tersebut. Bangsa Barat mengusir dan merampas tanah serta suku Aborigin. Tak sedikit pula penduduknya yang dibunuh

Sementara ratusan jiwa yang tersisa terusir ke wilayah gersang nan tandus. Akibatnya, mereka terkena wabah dan kelaparan yang berujung pada kematian. Ditambah lagi adanya perang antar golongan suku yang membuat jumlah mereka semakin sedikit.

Saat ini diperkirakan jumlah penduduk suku tersebut hanya tinggal 144.000 jiwa. Ini sudah termasuk dengan suku asli Aborigin yang jumlahnya hanya 50.000, sisanya sudah tercampur dengan ras lainnya.

4. Memiliki Kemiripan dengan Orang Papua

suku aborigin

Melansir dari situs Pinterpandai, suku ini memiliki kemiripan dengan orang Papua dengan kulit yang gelap. Ini karena sekitar 50.000 tahun lalu, orang-orang Papua menjelajah hingga ke benua Australia dan menetap di sana.

Seiring berjalannya waktu, fisik mereka mengalami berbagai perubahan. Mayoritas mereka lebih pendek dibandingkan dengan orang-orang Papua. Selain tubuh yang pendek, suku ini juga memiliki tipe rambut keriting dan sebagian berwarna kemerahan. 

Melansir BBC Indonesia, tahun 2013 yang ada penelitian tentang perbandingan DNA suku Aborigin dengan orang Papua dan India. Studi ini memberikan hasil bahwa para imigran yang menginjakkan kaki di Australia terisolasi dalam waktu yang lama sampai bangsa Eropa menyusul ke benua tersebut di tahun 1800-an

Studi tersebut juga membandingkan kekerabatan antara gen Papua dan gen India. Ditemukan juga adanya hubungan genetik pada gen Papua dan gen Aborigin yang diperkirakan tiba 45.000 tahun lalu. Ketika itu, wilayah Australia dan Papua masih menyatu membentuk sahul. Ini berarti, suku Aborigin masih berkerabat dengan bangsa Indonesia.

5. Berjiwa Seni Tinggi

5 Fakta Suku Aborigin, Penduduk Asli Australia yang Tersisih di Benua Sendiri

Siapa sangka, orang Aborigin ternyata berjiwa seni yang tinggi. Ini dibuktikan dengan banyaknya lukisan di dinding gua yang ditemukan. Selain itu, suku ini juga jago memahat. Jika ingin mengetahui keseluruhan karya seni khas Aborigin, Parents dapat mengunjunginya di museum seni Aborigin di Australia. 

Tak berbeda dengan suku pedalaman yang ada di Indonesia, suku bangsa Aborigin masih menganut kepercayaan pada roh agung. Dalam kepercayaannya, roh agung akan memberikan bimbingan dan petunjuk untuk menjalani kehidupan ini. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai mengenal agama Kristen dan saat ini mayoritas memeluk agama tersebut. 

Sayangnya, bangsa Aborigin kini merasa tersisih dan terasing dari negaranya sendiri. Hal ini ditengarai karena kehadiran bangsa kulit putih. Suku ini juga kerap dipandang sebagai suku yang terbelakang di Australia. 


****

Nah, itulah ulasan tentang suku Aborigin beserta sejarah dan asal usulnya. Meskipun suku tersebut saat ini jumlahnya semakin sedikit dan terasing, tetapi mereka masih dapat bertahan dan berkembang di tengah perkembangan zaman yang semakin moder




Suku Aborigin merupakan sebutan khas bagi penduduk asli Benua Australia. Sebutan tersebut diambil dari bahasa Latin aborigine, yang memiliki arti “dari awal” dan diperuntukkan untuk penduduk yang sejak awal tinggal di suatu wilayah atau pulau. Oleh karena itu istilah aborigine mempunyai arti yang sama dengan pribumi.

Suku ini pada awalnya mendominasi daratan Australia, namun setelah orang-orang Eropa menemukan benua tersebut suku Aborigin mulai terdesak keberadaannya. Nasib suku Aborigin hampir sama dengan suku Indian di Amerika, menjadi suku asli yang terpinggirkan akibat kedatangan bangsa asing.


Asal-Usul Suku Aborigin

suku aboriginBentuk fisik orang Aborigin mirip orang Irian di Indonesia. Sehingga terdapat teori bahwa orang Aborigin merupakan keturunan perantau dari Irian yang tiba di benua itu sekitar 50.000 tahun yang lalu.

Dalam perkembangannya, bentuk fisik orang Aborigin masa sekarang rata-rata lebih kecil dan pendek jika dibandingkan orang Irian. Rambut mereka juga keriting, namun sebagian warnanya sudah kemerah-merahan. Sementara warna kulit mereka gelap.

Nenek moyang orang Aborigin Australia mungkin datang ke benua selatan melalui rakit, ketika fluktuasi iklim dan permukaan laut menciptakan jalur yang memungkinkan pergerakan manusia dari barat ke timur melintasi Kepulauan Indonesia. Di Australia pemukim manusia pertama menemukan flora dan fauna yang unik.

Jumlah pemukim awal di Australia mungkin sangat kecil. Dari satu kelompok keluarga yang berhasil melewati batas samudera, seluruh benua bisa terjelajahi dalam hitungan beberapa ribu tahun.

Pemukiman pendatang baru mungkin tidak akan pernah ditemukan, karena mereka pasti berada di garis pantai yang sekarang sebagian besar merupakan dasar laut. Lebih jauh ke pedalaman, karena kecilnya dampak yang dapat ditimbulkan kelompok keluarga kecil di lingkungan Australia, nampaknya arkeolog tidak akan menemukan banyak bukti keberadaan manusia sebelum setidaknya beberapa ratus tahun setelah kelompok pertama tiba dan keturunan mereka telah menyebar ke seluruh benua.

Begitu berada di garis pantai Australia, mereka kekurangan bahan rakit, seperti bambu, mungkin membuat orang enggan mencoba kembali. Selanjutnya, dengan benua yang kosong untuk ditaklukkan, para pendatang baru punya sedikit alasan untuk kembali ke Asia. Dengan kondisi yang seperti ini, orang-orang Aborigin mulai beradaptasi dengan kondisi alam Australia.

Budaya Orang Aborigin

suku aboriginPada awalnnya, orang Aborigin hidup dari berburu dan mencari ikan. Mereka memburu  binatang liar, seperti kanguru, dengan tombak, panah, dan bumerang. Di daerah beriklim dingin, kulit kanguru digunakan sebagai bahan pakaian, sedangkan ikan mereka tangkap dengan tombak dan jaring.

Ilmu bercorak tanam dan beternak belum mereka kenal. Dikarenakan cara hidup mereka yang seperti itu, suku Aborigin tidak pernah berkelana jauh dari sumber-sumber air atau sungai.

Orang Aborigin dikenal sebagai suku pengelana, karena mereka tidak pernah menetap di suatu tempat dalam jangka waktu lama. Rumah mereka sangat sederhana, terbuat dari susunan ranting pohon dan daun kering. Mereka dipimpin oleh kepala suku yang juga bertugas memimpin upacara keagamaan dan perkawinan.

Agama orang Aborigin masih tradisional, tetapi kepercaya an mereka terhadap adanya Roh Agung  yang menciptakan alam semesta dan isinya sangat kuat. Mereka percaya bahwa Roh Agung memberikan petunjjuk dan  bimbingan melalui mimpi.

Bagi suku Aborigin, tradisi perkawinan sangatlah sakral, karena tidak hanya menyatukan seorang pria dan wanita, tetapi juga menyatukan dua keluarga. Oleh karena itu, kebanyakan pria Aborigin hanya beristri satu, meskipun adat tidak melarang memiliki istri lebih dari satu.

Persentuhan dengan Kebudayaan Asing

Sejak tahun 1700-an terjadi pertumbuhan perdagangan yang berpusat di daratan China dan menyebar melintasi Lingkaran Pasifik. Akibatnya, orang Indonesia secara musiman mengunjungi Australia utara sebagai bagian dari siklus perdagangan mereka di wilayah yang lebih luas.

Selama beberapa ratus tahun terakhir, Torres Strait Islanders juga terlibat dalam perdagangan regional yang lebih luas. Orang-orang Kepulauan Torres sebagian besar berasal dari Melanesia, namun telah melakukan kontak budaya dengan orang-orang Aborigin Australia dan orang Papua. Semua hubungan pra-Eropa ini tercermin dalam mitologi Aborigin, upacara dan budaya material di utara Australia.

Pemukiman permanen Eropa pertama di Australia dibentuk pada tanggal 26 Januari 1788 ketika Gubernur Arthur Phillip tiba dari Inggris dengan Armada Pertama di Port Jackson. Di pantai Sydney ini menjadi ibu kota Koloni New South Wales.

Akan tetapi kontak antara koloni-koloni ini dan orang-orang Aborigin Australia, yang kemudian disebut ‘orang India’, pertama kali telah terjadi beberapa hari sebelumnya pada tanggal 20 Januari 1788 di Botany Bay. Di sini, dengan memberi isyarat satu sama lain, orang-orang Eropa dan Aborigin tampaknya telah mencapai beberapa tingkat komunikasi.

Orang-orang  Aborigin awalnya bingung dengan penampilan orang-orang yang terlihat pucat dan mengenakan pakaian. Setelah beberapa hari kontak seperti ini, orang-orang Aborigin tampaknya menghindari pemukim Inggris. Kemudian, karena tanah mereka diambil dari mereka, mereka tidak punya pilihan kecuali memasuki daerah yang dihuni.

Ketika orang Eropa mulai memasuki Benua Australia pada tahun 1788, jumlah orang Aborigin diperkirakan masih terdapat 350.000 jiwa. Mereka terpecah ke dalam 500 anak suku bangsa dan kelompok, masing-masing dengan dialek berbeda. Beberapa nama suku aborigin yang terkenal adalah Aranda, Bidjandjara, Gurindji, Gunwinggu, Kamilaroi, Murngin, Tiwi, Wailbri, Wurora, dan Yir-yoroni. Perbedaan bahasa tersebut mempersulit komunikasi  antar suku bangsa Aborigin.

Penemuan emas di benua itu membawa malapetaka bagi orang Aborigin. Pendatang dari Eropa mendesak kehidupan mereka, mengusir mereka dari tempat tinggal dan merampas tanah serta daerah perburuannya. Banyak orang Aborigin dibunuh. Mereka yang tersisa diusir ke daerah gersang dan tandus, sehingga akhirnya banyak yang mati karena penyakit dan kelaparan.

Kepunahan orang Aborgini dipercepat pula dengan peperangan antar suku mereka sendiri. Kini jumlah orang Aborigin diperkirakantinggal 144.000 jiwa, termasuk 50.000 orang Aborigin asli yang sebagian besar berdiam di daerah pedalaman dekat dekat gurun tandus. Selebihnya adalah orang Aborigin yang sudah bercampur dengan ras lain.

Suku Aborigin di Era Modern

Pemerintah modern Australia tidak pernah mengakui adanya diskriminasi terhadap suku Aborigin. Namun, dalam kenyataannya perlakuan pembedaan berdasarkan warna kulit di bidang politik, agama, dan ekonomi masih tetap terasa hingga kini. Masyarakat kulit putih pada umumnya masih menunjukkan sikap superior terhadap orang Aborigin. Kondisi tersebut menyebabkan orang Aborigin masih tetap terasing di tanah airnya sendiri.

Pada tahun 1970-an, pemerintah Australia mulai memberikan peluang lebih luas kepada orang Aborigin, terutama di bidang politik dan pendidikan. Beberapa tokoh suku Aborgini pun berhasil tampil ke permukaan panggung politik. Tokoh pertama adalah Neville Boner, yang cukup dikenal karena pencapaiannya sebagai Aborigin pertama yang terpilih sebagai anggota parlemen federal Australia. Selanjutnya ada nama Douglas Nicholls sebagai Aborigin pertama yang terpilih sebagai senator, mewakili negara  bagian Queensland (1971).


Kisah kekejaman Australia berabad-abad pada Etnis Aborigin

Kisah kekejaman Australia berabad-abad pada Etnis Aborigin
Genosida Aborigin oleh pendatang kulit putih Australia awal abad 20. ©2015 Merdeka.com/Treaty Republic

Merdeka.com - Sebelum kembali memicu ketegangan diplomatik dengan Indonesia akibat isu hukuman mati WN Australia, Perdana Menteri Tony Abbott pernah membuat blunder di dalam negeri. Bahkan, selip kata-kata ini dampaknya lebih merusak popularitas pemimpin Partai Liberal itu karena berkaitan dengan isu sensitif Aborign.

Jelang hari jadi Australia pada 2014, ucapan Abbott memicu kemarahan suku Aborigin. Dia mengatakan pendaratan kapal inggris merupakan "momen bersejarah yang menentukan bagi benua ini," seperti dilansir The Australian.

Pernyataan Abbott dianggap menafikan eksistensi suku pribumi sebelum Inggris datang. Dia pun secara tidak langsung mendukung penjajahan dan pembantaian Aborigin selama 120 tahun.

Dewan Adat Pribumi Australia memprotes keras pernyataan Abbott tersebut. Blunder ucapannya segera menjadi tajuk surat kabar dunia.

Skandal Australia menghebohkan dunia, setelah Surat kabar Independent edisi 24 Mei 1997 menurunkan laporan panjang mengenai bukti kekejaman kolonialis Inggris terhadap Suku Aborigin. Laporan setebal 700 halaman ini disusun oleh mantan Hakim Agung Sir Ronald Wilson.

Setelah beberapa tambang emas ditemukan di kawasan Barat Australia pada 1851, semakin banyak imigran Inggris datang. Pemerintah kolonial mengkapling tanah untuk pemukiman pendatang. Kebijakan ini kerap bersinggungan dengan tanah adat Aborigin. Pecahlah konflik berdarah.

Kasus pembantaian pertama, berdasarkan data Ronald, terjadi di Tasmania pada 1806. Ratusan penduduk pribumi ditembak atau dikeroyok dengan benda tajam sampai tewas.

Tercatat pula kasus-kasus pemerkosaan wanita Aborigin yang berdampak pada penularan penyakit seksual. Jenis-jenis penyakit yang biasa diidap ras kulit putih, tapi mematikan bagi Aborigin seperti influenza, bisa memicu wabah.


Arsip Kolonial Australia membenarkan sepanjang 1824 hingga 1908, setidaknya 10 ribu Aborigin tewas terbunuh. Itu di luar kematian wajar atau sebab-sebab lain. Arsip ini pun mencantumkan, beberapa korban tewas karena menjadi 'bahan mainan


Kisah kekejaman Australia berabad-abad pada Etnis Aborigin

Kisah kekejaman Australia berabad-abad pada Etnis Aborigin
Genosida Aborigin oleh pendatang kulit putih Australia awal abad 20. ©2015 Merdeka.com/Treaty Republic

Merdeka.com - Sebelum kembali memicu ketegangan diplomatik dengan Indonesia akibat isu hukuman mati WN Australia, Perdana Menteri Tony Abbott pernah membuat blunder di dalam negeri. Bahkan, selip kata-kata ini dampaknya lebih merusak popularitas pemimpin Partai Liberal itu karena berkaitan dengan isu sensitif Aborign.

Jelang hari jadi Australia pada 2014, ucapan Abbott memicu kemarahan suku Aborigin. Dia mengatakan pendaratan kapal inggris merupakan "momen bersejarah yang menentukan bagi benua ini," seperti dilansir The Australian.

Pernyataan Abbott dianggap menafikan eksistensi suku pribumi sebelum Inggris datang. Dia pun secara tidak langsung mendukung penjajahan dan pembantaian Aborigin selama 120 tahun.

Dewan Adat Pribumi Australia memprotes keras pernyataan Abbott tersebut. Blunder ucapannya segera menjadi tajuk surat kabar dunia.

Skandal Australia menghebohkan dunia, setelah Surat kabar Independent edisi 24 Mei 1997 menurunkan laporan panjang mengenai bukti kekejaman kolonialis Inggris terhadap Suku Aborigin. Laporan setebal 700 halaman ini disusun oleh mantan Hakim Agung Sir Ronald Wilson.


Setelah beberapa tambang emas ditemukan di kawasan Barat Australia pada 1851, semakin banyak imigran Inggris datang. Pemerintah kolonial mengkapling tanah untuk pemukiman pendatang. Kebijakan ini kerap bersinggungan dengan tanah adat Aborigin. Pecahlah konflik berdarah.

Kasus pembantaian pertama, berdasarkan data Ronald, terjadi di Tasmania pada 1806. Ratusan penduduk pribumi ditembak atau dikeroyok dengan benda tajam sampai tewas.

Tercatat pula kasus-kasus pemerkosaan wanita Aborigin yang berdampak pada penularan penyakit seksual. Jenis-jenis penyakit yang biasa diidap ras kulit putih, tapi mematikan bagi Aborigin seperti influenza, bisa memicu wabah.


Arsip Kolonial Australia membenarkan sepanjang 1824 hingga 1908, setidaknya 10 ribu Aborigin tewas terbunuh. Itu di luar kematian wajar atau sebab-sebab lain. Arsip ini pun mencantumkan, beberapa korban tewas karena menjadi 'bahan mainan


Potret Pilu Suku Aborigin Diculik untuk Kebun Binatang Manusia

Oleh Sulung Lahitani pada 30 Jan 2017, 20:00 WIB
Potret Pilu Suku Aborigin Diculik untuk Kebun Binatang Manusia
 Perbesar
Foto-foto dan video dokumenter suku Aborigin yang dipamerkan di Kebun Binatang Manusia membuat warga berang.

Tak jauh berbeda dengan nasib malang suku Indian yang tinggal di Amerika Serikat, suku Aborigin pun mengalami penderitaan yang sama kala bangsa kulit putih mendarat di tanah Australia. Mereka ditindas, dilecehkan, dan yang lebih buruk, diculik untuk dibawa ke Eropa dan dipamerkan di Kebun Binatang Manusia.

Pada akhir abad 19 hingga pertengahan abad 20, puluhan ribu suku Aborigin diangkut dan dipajang ke seluruh Eropa dan Amerika Utara. Yang menyedihkan, bertahun-tahun kemudian kisah mereka dihapus dari sejarah.

Bangsa kulit putih seolah menganggap suku Aborigin tidak pernah ada. Mengklaim bahwa merekalah pemilik tanah Kanguru itu sebenarnya.

Kisah kelam dan keji kebun binatang manusia itulah yang coba dituang dalam sebuah film oleh Sinematografi asal Australia, Philip Rang.

Meski berkulit putih, ia tidak pernah setuju dengan konsep kebun biantang manusia yang pernah dilakukan oleh moyangnya dahulu. Bagi dia, inilah caranya sebagai bangsa kulit putih bersimpati terhadap tragedi yang menimpa warga pribumi.

 Perbesar
-
 

"Tak hanya suku Aborigin, suku-suku asli dari seluruh dunia dijajah, diculik, daipamerkan di Kebun Binatang Manusia, sirkus, maupun kumpulan manusia aneh. Ini menyedihkan," ujar Philip seperti dikutip dari Dailymail Australia, Senin (30/01/2017).

"Dengan berpartisipasi dalam film dokumenter ini, ini salah satu cara terbaik bagi sinematografi seperti saya untuk bersimpati," tambah dia.

Sebelum film dokumenter itu ditayangkan pertama kali pada bulan Juni, masyarakat dapat melihat foto-foto kuno yang membuktikan kebun binatang manusia pernah ada. Salah satu galeri di North Queensland menampilkan foto nenek moyang mereka yang dipamerkan di kebun binatang.

"Melihat foto-foto itu, aku bisa melihat rasa sakit dan penderitaan di wajah mereka. Mereka diperlakukan harga diri sebagai manusia. Mereka diperlakukan sebagai hewan," ujar tetua Palm Island.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELIHAT PELANGGARAN HAK PENENTUAN NASIB SENDIRI BANGSA PAPUA BARAT DAN CARA PENYELESAIANNYA.

MELIHAT PELANGGARAN HAK PENENTUAN NASIB SENDIRI BANGSA PAPUA BARAT DAN CARA PENYELESAIANNYA. Merefleksikan 60 Tahun (1 Mei 1963-1 Mei 2023) Kekuasaan Indonesia di Papua Barat (By:Kristian Griapon, Mei 1, 2023) Tinjauan Kasus Indonesia telah melanggar hak penentuan nasib sendiri (rights to self determinations), hak politik bangsa Papua Barat di wilayah geografi New Guinea Bagian Barat yang kini disebut Papua Barat. Hak politik bangsa Papua Barat itu telah dijamin berdasarkan perjanjian New York, 15 Agustus 1962, sebuah perjanjian yang telah diratifikasai oleh para pihak Indonesia dan Belanda, yang bersengketa dalam perebutan kekuasaan terhadap wilayah geografi New Guinea Bagian Barat, dan telah menjadi pelaporan Sekjen PBB, serta dideposit pada majelis umum PBB. Pelanggaran hak penentuan nasib sendiri berdasarkan fakta pelaksanaan Pepera (Act of Free Choice) 14 Juli - 2 Agustus 1969 di Papua Barat oleh Indonesia, telah melanggar klausula New York Agreement, 15 Agustus 1962,

Refleksi Paskah dan teologi pembebasan dalam perjuangan rakyat Papua Barat dari penindasan.

Refleksi Paskah dan teologi pembebasan dalam perjuangan rakyat Papua Barat dari penindasan. Tuhan Yesus itu meninggalkan kemuliaan, tinggalkan kebenaran, tinggalkan sifa ke Allahan dan siap menderita. Siap diolok, siap disiksa, siap diejek dan siap di kurang dalam penjara terali besi.  Bagaimana orang Papua yang sedang memperingati hari kematian Yesus di kayu salib. Apakah orang Papua elit-elit politik, tokoh-tokoh gereja, siap meninggalkan rumah  mewah, tinggalkan Jabatan, tinggalkan kemapanan dan mengambil keputusan berjuang bersama rakyat Papua menuntut kemerdekaan dari indonesia.   Apakah orang asli Papua saat ini peringatan hari paskah siap mati seperti Yesus demi selamatkan orang asli Papua dari pemusnahan secara sistematis masif dan terstruktur? Bicara Papua Merdeka takut mati apalagi mengorbankan diri menderita dalam perjuangan pembebasan Nasional Papua Barat. Jika anda takut bicara pembebasan Bangsa dari perbudakan dan cengkraman kolonial maka anda tidak bisa menga

MASYARAKAT ADAT KEMBALI MEMBAKAR MOBIL INOVA BERISI MIRAS DI DOGIYAI.

MASYARAKAT ADAT KEMBALI MEMBAKAR MOBIL INOVA BERISI MIRAS DI DOGIYAI. Dogiyai, Tanggal 09 April 2022. Kemarin  Masyarakat Adat Dogiyai Kembali membakar mobil inova berisi minuman keras di Dogiyai. Proses Pembakaran tersebut dilakukan oleh Masyarakat Adat Dogiyai di kali buda/Kasuari di distrik Dogiyai pada hari sabtu 09 /4/2022 Jam 08 : 5 WIT pada waktu Papua Barat. . Di Kabarkan bahwa, Pelaku/Sopirnya telah melarikan diri dan masih dalam proses Pengejaran terhadap pelaku oleh Masyarakat adat Dogiyai. Menurut keterangan Masyarakat, Ketika pelaku tertangkap maka selanjutnya akan dilakukan Proses Penyelidikan. Melalui Proses Penyelidikan akan ketahuan siapa aktor di balik pengedaran miras selama ini di Meepago Papua. Masyarakat Adat Dogiyai telah bersepakat bahwa siapapun termasuk Pesawat sekalipun bila menjadi pengedar Miras di Dogiyai. Maka dianggap Pelanggar Ketentuan Hukum Masyarakat Adat Dogiyai. Maka Konsekuensinya atas pelanggaran ketentuan masyarakat Hukum Adat adalah